Surat Nabi Muhammad untuk Nasrani
Tanya:
Surat Nabi Muhammad untuk Pendeta Biara Santa Katarina. Pada tahun 628 M (6 Hijriyah), Nabi Muhammad SAW menulis surat kepada para Pendeta dari Biara St.Catherine (Santa Katarina) yang datang ke Madinah untuk mengunjungi Rosulullah.
Surat Asli dengan Stempel Asli Nabi Muhammad diawetkan di Biara St. Catherine sampai tahun 1517 Masehi ketika Kekaisaran Ottoman Turki Sultan Selim I menginvasi Mesir & membawa surat asli Nabi Muhammad tersebut untuk dipajang di Musium Topkapi Istanbul.
Isi Suratnya:
“Ini adalah pesan dari Muhammad ibn Abdullah, sebagai suatu perjanjian bagi mereka yang menganut Kekristenan, jauh dan dekat, kami beserta mereka. Sesungguhnya aku, para hamba, para pembantu dan para pengikutku membela mereka, karena orang KRISTEN ADALAH WARGAKU; dan demi Allah! aku menahan diri untuk melakukan apapun yang menentang mereka.
TIDAK ADA PAKSAAN boleh dilakukan untuk mereka. Juga tidak boleh hakim-hakim mereka disingkirkan dari pekerjaannya, maupun para biarawan mereka dari biara-biaranya.
TIDAK BOLEH siapapun menghancurkan RUMAH AGAMA mereka, atau merusakkannya, atau mengambil sesuatupun daripadanya ke dalam rumah-rumah orang Muslim. Bilamana ada orang yang melakukan hal ini, ia menyalahi perjanjian Allah dan tidak mematuhi Nabi-Nya.
Sesungguhnya, mereka adalah SEKUTUKU dan memiliki perjanjian erat dariku melawan semua yang mereka benci. TIDAK BOLEH siapapun memaksa mereka pergi (mengusir) atau mengharuskan mereka untuk berperang.
Orang-orang Muslim HARUS BERPERANG UNTUK MEREKA. Jika seorang wanita Kristen menikah dengan seorang Muslim, tidak boleh dilakukan tanpa seizin wanita itu. Wanita itu tidak boleh dihalangi untuk mengunjungi gerejanya untuk berdoa. Gereja-gereja mereka HARUS DIHORMATI. Mereka tidak tidak boleh dihalangi untuk memperbaikinya atau kekudusan perjanjian-perjanjian mereka.
TIDAK ADA bangsa (Muslim) yang boleh melanggar perjanjian ini sampai AKHIR JAMAN.”
Apakah ini benar? Lalu bagaimana sikap kita?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Tidak ada manusia yang sejarahnya paling lengkap melebihi sejarah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena semua aktivitas beliau, direkam oleh para murid beliau, yaitu para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Dari aktivitas kecil, terlebih aktivitas yang mengandung hukum.
Selanjutnya, informasi ini disampaikan oleh kaum muslimin, dari generasi ke generasi, hingga sampai pada zaman kodifikasi hadis, seperti yang terjadi pada masa Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, Bukhari, dst.. Sehingga kaum muslimin generasi setelahnya, bisa menikmati sunah-sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui tulisan mereka.
Sisi yang luar biasa, untuk semua kegiatan di atas, semua dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran. Sehingga setiap sumber yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bisa dipastikan otentik. Jika ada salah satu perawi yang nilai kejujurannya diragukan, atau bahkan nilai hafalannya tidak memenuhi standar, maka informasi itu tidak dapat diterima. Dari sinilah, kita mengenal ada hadis shahih, hasan, dhaif, dhaif jiddan, maudhu, sampai la ashla lahu. Dan jika kita memahami, seperti inilah cara Allah menjaga sunah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena itu, dalam melakukan kodifikasi hadis, kaum muslimin tidak butuh kehadiran umat lain. Bahkan keberadaan mereka tidak teranggap. Jangankan oranng kafir, orang muslim yang ahli ibadah, bisa saja hadisnya tidak diterima, karena dia hafalannya rusak.
Karena itulah, umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dikenal sebagai ummatul isnad [أمة الاسناد] karena setiap informasi agama, disampaikan melalui jalur sanad, yaitu deretan orang jujur yang kuat hafalannya, dari generasi ke generasi, yang membawa info tentang islam sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan ini menjadi keistimewaan umat islam, yang tidak dimiliki umat lainnya.
Syaikhul Islam mengatakan,
وعلم الاسناد والرواية مما خص الله به أمة محمد صلى الله عليه وسلم وجعله سلما الى الدراية فاهل الكتاب لا اسناد لهم ياثرون به المنقولات
Ilmu tentang sanad dan riwayat termasuk yang Allah khususkan untuk ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah jadikan ini sebagai cara untuk sampai pada info hadis (dirayah). Ahlul kitab tidak punya sanad dalam menyampaikan berita yang dinukil diantara mereka. (Majmu’ al-Fatawa, 1/9).
Anda ketika membuka kitab hadis, apapun itu, akan menjumpai kalimat dari si A, dari si B, dari si C, dari si D, dari sahabat fulan, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Deretan itulah sanad.
Tapi kita tidap pernah tahu, dari manakah mitos trinitas yang dikembangkan nasrani atau mitos haekal Sulaiman yang diyakini yahudi. Karena sekali lagi, mereka tidak memiliki sanad.
Gereja Santa Katrina
Gereja ini berada di sebelah selatan pegunungan Sinai, di bawah bukit Katrin, bukit tertinggi di Mesir, di dekat gunungnya Musa.
Menurut sebagian sumber, gereja ini dibangun sekitar tahun 545 M, untuk tempat pertapaan para pengikut nasrani Iskandariyah.
Di masa daulah bani Fatimiyah berkuasa, di dalam gereja ini dibangun masjid kecil. Sebagian ahli sejarah mengatakan, bahwa ini bagian dari politik penguasa agar gereja ini tidak menjadi sasaran penggusuran masyarakat. Sementara orientalis mengatakan, ini sebagai penanda bahwa wilayah itu telah dikuasai daulah Fatimiyah, yang beraqidah syiah.
Surat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk Biara Santa Katrina
Kita akan simak beberapa pertimbangan berikut,
Pertama, Ada banyak surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau kirimkan ke raja-raja kafir di jazirah arab dan luar jazirah arab. Dalam salah satu buku sirah, kurang lebih ada 8 surat yang dikirimkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada raja-raja kafir sekitar Madinah. Salah satunya, raja Mesir dan Iskandariyah, Muqauqis.
Kita tidak menolak keberadaan surat yang ditulis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada nasrani mesir. Namun teksnya tidak sebagaimana disebutkan di atas.
Kita lihat teks surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada raja Mesir dan Iskandariyah, Raja Muqauqis,
بسم الله الرحمن الرحيم
من محمد عبد الله ورسوله إلى المقوقس عظيم القبط، سلام على من اتبع الهدى، أما بعد،
فإني أدعوك بدعاية الإسلام، أسلم تسلم، وأسلم يؤتك الله أجرك مرتين، فإن توليت فإن عليك إثم أهل القبط. يا أَهْلَ الْكِتابِ تَعالَوْا إِلى كَلِمَةٍ سَواءٍ بَيْنَنا وَبَيْنَكُمْ، أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ، وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئاً، وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنا بَعْضاً أَرْباباً مِنْ دُونِ اللَّهِ، فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Bismillahirrahmanirahim,
Dari Muhammad, Hamba Allah dan utusan-Nya, kepada al-Muqauqis, raja Mesir. Semoga keselamatan untuk mereka yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du,
Aku mengajak anda dengan membawa ajakan islam. Masuklah islam, anda akan selamat. Masuklah islam, Allah akan memberimu pahala 2 kali untuk anda. Jika anda tidak menngikuti islam, anda akan menanggung dosa semua penduduk Mesir.
“Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim.”
(Zadul Ma’ad, 3/61)..
Kedua, Isi surat untuk biara gereja katrin ini sangat berbeda dengan semua surat yang dikirim Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada raja-raja kafir. Karena semua surat yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada raja-raja kafir itu, isianya satu, ajakan kepada mereka agar masuk islam.
Kita bisa lihat, teks surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada raja romawi,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ: سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ ” وَ {يَا أَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Bismillahir rahmanir rahiim…
Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya
Kepada Heraclius, raja Romawi
Salaamun ‘ala manit-taba’al huda, amma ba’du,
(keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, selanjutnya)
Saya mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Allah akan memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda berpaling (tidak menerima) maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64).
(HR. Bukhari 2941, Muslim 4707, dan yang lainnya).
Dari sisi kekuatan, nasrani romawi jauh lebih kuat dibandingkan nasrani qibthy. Untuk sekelas romawi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh mereka untuk masuk islam, tentu yang kelasnya lebih kecil, tidak ada pertimbangan politik yang lebih penting untuk menghalangi ajakan mereka agar masuk islam.
Jika dalam surat itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,
“perjanjian bagi mereka yang menganut Kekristenan, jauh dan dekat”
Lalu mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sikap berbeda untuk Nasrani Romawi yang dipimpin Heraklius?? Demikian pula surat yang beliau berikan untuk Muqauqis.
Ketiga, surat gereja katrina, tidak ada yang berbahasa arab.
Teks tertua dari surat di atas, yang banyak dipampang di gambar, memang menggunakan huruf mirip arab, tapi itu bahasa persi, dengan tertulis teks di awal surat itu: [آشتینامه محمد]
Karena itulah surat ini lebih dikenal dengan sebutan yang tertera di awal teks surat itu: Achtiname of Muhammad. Kata Achtinameberasal dari bahasa Persia: آشتینامه محمد. Kata آشتی (Āshtī) artinya damai. Sementara نامه (nāmeh, nama) artinya surat atau tulisan.
Gabungan dua kata ini: Achtiname artinya the Book of Peace (surat perjanjian damai).
Ini sangat aneh, bagaimana mungkin surat yang diklaim berstempel Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tapi menggunakan bahasa persia??
Kemungkinan terbesar, surat ini buatan orang syiah. Karena di zaman Syiah berkuasa di mesir, melalui Daulah Fatimiyah, mereka melestarikan gereja ini, bahkan membangun masjid di dalamnya. Untuk upaya politik itu, mereka membuat surat palsu atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, isinya perdamaian dengan orang nasrani. Dan berbohong bagi syiah, adalah satu hal yang lumrah.
Keempat, isi surat itu sangat bertentangan dengan prinsip ajaran al-Quran dan sunah.
Di situ ada kalimat:
orang KRISTEN ADALAH WARGAKU; dan demi Allah! aku menahan diri untuk melakukan apapun yang menentang mereka.
TIDAK ADA PAKSAAN boleh dilakukan untuk mereka. Juga tidak boleh hakim-hakim mereka disingkirkan dari pekerjaannya, maupun para biarawan mereka dari biara-biaranya.
Sesungguhnya, mereka adalah SEKUTUKU…” selesai kutipan.
Jika orang nasrani sekutu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengapa mereka harus didakwahi untuk masuk islam?
Bagaimana mungkin orang nasrani dianggap warga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dibela beliau, sementara beliau memusuhi orang yang menyatakan Allah punya anak.
Bahkan sampai beliau hampir melakukan mubahalah (bersumpah saling melaknat) yang ini Allah ajarkan dallam al-Quran,
إنَّ مَثَلَ عِيسَى عِندَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ . الْـحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلا تَكُن مِّنَ الْـمُمْتَرِينَ . فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنفُسَنَا وأَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ
“Sesungguhnya penciptaan Isa di sisi Allah seperti penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (*) (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (*) Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS. Ali Imran: 59 – 61).
Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Ibnu Ishaq dalam sirahnya, bahwa suatu ketika kota Madinah kedatangan tamu orang-orang nasrani dari daerah Najran. Diantara mereka ada 14 orang yang merupakan pemuka dan tokoh agama di Najran. dari 14 orang itu, ada 3 orang yang menjadi tokoh sentral: Aqib, gelarnya Abdul Masih. Dia pemuka kaum, yang memutuskan hasil musyawarah masyarakat. as-Sayid, dia pemimpin rombongan. Nama aslinya al-Aiham. Dan yang ketiga Abul Haritsah bin Alqamah. Dulunya orang arab, kemudian pindah ke Najran dan menjadi uskup di sana.
Ketika mereka sampai di Madinah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melaksanakan shalat asar. Mereka kemudian masuk masjid dan shalat dengan menghadap ke timur.
As-Sayid dan Aqib menjadi jubir mereka di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Kalian mau masuk islam?” tanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Kami telah masuk islam sebelum kamu.” Jawab mereka.
“Dusta, kalian bukan orang islam disebabkan: kalian menganggap Allah punya anak, kalian menyembah salib, dan makan babi.” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Jika Isa bukan anak Allah, lalu siapa ayahnya?” Serombogan orang-orang nasrani itupun serempak mendebat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pertanyaan itu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tenang menjawab,
“Bukankah kalian tahu yang namanya anak, pasti punya kemiripan dengan bapak?”
“Ya, tentu.” Jawab mereka.
“Bukankah kalian yakin, Allah yang mewujudkan segala sesuatu, menjaganya dan memberi rizqi mereka?”
“Ya, kami yakin itu.” Jawab mereka.
“Apakah Isa punya salah satu dari kemampuan tuhan itu?”
“Tidak.” Jawab mereka.
Beliau melajutkan sabdanya,
“Allah menciptakan Isa di dalam rahim sesuai yang Dia kehendaki. Tuhan kita tidak butuh makan, minum, dan tidak berhadats.”
“Ya, benar.” Jawab mereka.
“Bukankah Isa tumbuh di rahim ibunya sebagaimana para wanita mengalami hamil, kemudian dia melahirkan sebagaimana para wanita melahirkan anaknya?”
“Lalu bagaimana mungkin kalian meyakini dia anak tuhan?”
Kemudian mereka terdiam dan Allah menurunkan ayat di atas. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/50).
Kalaupun membuat kedustaan, seharusnya tidak se-vulgar ini. Mungkin mereka perlu belajar membuat kedustaan dengan bahasa yang lebih cantik dan lebih halus.
Kelima, bukankah ada bukti kertasnya, yang disimpan di musium di Turki?
Sebatas kertas tua, semua orang bisa mengklaim, bagaimana mungkin bisa dijadikan bukti otentik. Terlebih ketika kertas itu berbahasa persi. Karena bicara masalah sejarah, kita tidak boleh terfokus dengan objek.
Apalagi kreasi manusia yang tidak terkontrol, membuat semua memungkinkan untuk dipalsukan.
Jangankan cuma kertas, cincin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi stempel surat beliau, sangat mudah untuk dibuat versi imitasinya.
Keenam, kita tidak pernah menjumpai karya ulama islam ahlus sunah yang mencantumkan surat ini. Yang ada hanya media-media liberal dan media orang kafir yang demikian gencar menebarkan surat ini.
Sesuatu yang sangat aneh..
Di saat umat islam ini menjadi umat isnad, tapi mengapa untuk sebuah surat yang isinya sangat genting, ternyata hanya disebarkan media yang tidak jelas ujungnya???…
Konspirasi macam apa ini?
Tunjukkan satu buku sejarah karya orang muslim masa silam – bukan syiah – yang membuktikan keberadaan surat ini?
Orang bisa saja meyakini surat ini otententik, jika dia ingin menjadi korban media kafir dan liberal, atau media tidak jelas.
Jika berita muslim fasik tidak boleh diterima, bagaimana mungkin dengan berita orang kafir, apalagi liberal??
Toleransi oh Toleransi
Kami menduga, ini telah menjadi senjata iblis untuk menyudutkan kaum muslimin. Seolah digambarkan, kaum muslimin adalah sosok yang sangat tidak toleran..
Agama islam di Indonesia, datang dengan cara damai, dibawa oleh para dai yang menyebarkan kebaikan.
Sementara agama nasrani datang dengan bersamaan penjajahan. Siapa yang lebih tidak toleran??
Di negara belahan timur dunia, di daerah mayoritas muslim, tidak ada kejahatan terstruktur yang mengancam kegiatan keagamaan orang non muslim. Anda tidak akan pernah menyaksikan orang islam menyerang orang nasrani yang sedang beribadah di gereka. Kalaupun ada, itu oknum dan pelakunya teroris.
Tapi..
Di negara belahan timur dunia, di daerah muslim sebagai minoritas, anda akan dengan sangat mudah menjumpai kejahatan terstruktur yang dilakukan orang non muslim yang mengancan keselamatan umat islam.
Tragedi idul fitri berdarah di ambon, apakah sudah hilang dari ingatan kita?
Tragedi penyerangan pesantren salafiyah di Poso, apakah sudah hilang dari ingatan kita?
Hingga yang terakhir, tragedi pembakaran masjid ketika shalat ‘id di Tolikara, yang secara resmi dimotori oleh GIDI (Gereja Injili Di Indonesia), apakah sudah hilang dari ingatan kita?
Dan itu semua dilakukan secara terstruktur, karena pemuka agamanya??
Siapa yang lebih tidak toleran??
Anda tidak akan pernah melihat kejadian seperti di poso, ambom, nusa tenggara timur, akan terjadi di tanah jawa…
Tidak perlu mengajak umat islam untuk belajar toleransi… karena umat islam sudah sangat toleran…
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/26134-surat-nabi-muhammad-untuk-nasrani.html